Kehidupan manusia memang tidak ada yang sempurna, seperti halnya pasangan Anna dan Hendra. Bagaimana tidak? Mereka berdua adalah pasangan yang sangat serasi; Anna seorang wanita dari kalangan terhormat karena ayahnya mantan camat di daerah tempat kelahirannya, selain itu secara fisik Anna adalah seorang wanita yang berparas sangat cantik, kecantikan yang diwarisi dari ibunya yang berdarah Pakistan.
Sedangkan Hendra warga negara Indonesia keturunan Tionghoa, orang tuanya seorang pengusaha kaya raya. Hendra juga seorang pria yang tampan, banyak wanita yang ingin jadi pendampingnya, entah karena kekayaannya atau karena ketampanannya, Hendra sendiri juga tidak tahu. Namun hati Hendra hanya terpaut pada satu wanita saja yang sangat ia cintai, yaitu Anna, teman seangkatan waktu kuliah.
Saat itu perjuangan Hendra untuk mendapatkan cinta Anna tidaklah semulus yang dibayangkan, banyak liku-liku yang harus dihadapi. Karakter Anna yang pendiam dan tidak suka neko-neko, namun pandai dalam akademis, membuat Hendra harus berjuang keras. Walaupun secara akademis Hendra kurang begitu pandai, tapi untuk mendapatkan cinta Anna dia belajar dengan giat. Itu karena salah satu permintaan Anna adalah bahwa Hendra harus lulus kuliah tepat waktu.Setelah mereka berdua lulus kuliah, Anna mau membuka diri pada Hendra. Sejak itu hubungan keduanya semakin dekat, dan masing-masing sudah saling memperkenalkan kepada keluarga, dan kedua keluarganya pun sama-sama merestui. Akhirnya diputuskan mereka berdua akan menikah.
Namun kehidupan rumah tangga Anna dan Hendra setelah menikah tidaklah seindah yang dibayangkan, karena Hendra tidak bisa memenuhi kebutuhan batin istrinya. Hendra bisa menangkap kekecewaan Anna walaupun tidak disampaikan Anna secara terbuka. Untuk itulah, demi membahagiakan Anna, Hendra rela melakukan apa saja yang diminta sang istri. Secara materi ia berikan semua apa keinginan Anna, hingga suatu saat Sabeni hadir dalam kehidupan mereka.
Timbullah niat gila di hati Hendra, yaitu menginginkan istrinya yang masih perawan disetubuhi oleh pria tua buruk rupa itu. Niat Hendra bukannya tanpa alasan, karena selain untuk membalas budi pada Sabeni yang sudah menyelamatkan nyawanya akibat kecelakaan hebat yang terjadi beberapa tahun yang lalu, juga untuk mengangkat derajat lelaki tua itu.
Hendra begitu kasihan pada Sabeni yang sebatang kara di usianya yang lanjut, di samping itu Hendra juga sangat yakin bahwa Sabeni bisa memberikan kepuasan batin pada Anna karena dia pernah memergoki orang tua itu tengah meniduri Marni, pembantu mereka, sampai Marni tidak bisa bangun dari ranjangnya. Hendra lebih memilih orang tua seperti Sabeni daripada melepaskan Anna dan memberikannya pada laki-laki lain yang sekelas mereka.
Setelah mengutarakan semua pada istrinya, Anna yang awalnya menolak, namun Hendra terus merayu dan memberikan alasan-alasan yang bisa diterima, akhirnya Anna menyetujui walaupun berat hatinya untuk bisa menerima kenyataan dan memenuhi keinginan gila Hendra. Dan saat tiba waktu yang telah ditentukan, di kamar peraduan mereka, sambil disaksikan oleh Hendra, Sabeni menyetubuhi Anna dengan sangat lihai. Sabeni benar-benar melakukan tugasnya memuaskan Anna.
Anna yang awalnya canggung akhirnya harus bisa menerima kenyataan bahwa ia sangat menikmati persetubuhan itu. Anna baru kali ini merasakan kepuasan dalam berhubungan badan. Anna akhirnya harus mengakui kejantanan dan keperkasaan Sabeni meski usianya telah lanjut. Anna sekarang merasa sudah tidak canggung lagi pada orang tua itu. Begitu pula dengan Sabeni. Antara keduanya sudah tidak ada rasa malu-malu.
Di saat senggang, mereka menghabiskan waktu untuk berhubungan intim, dan itu sering mereka lakukan baik di depan mata Hendra atau tanpa sepengetahuan laki-laki itu. Hendra tidak cemburu atau keberatan karena itu memang keinginannya sendiri, walaupun waktu Anna sekarang lebih banyak dihabiskan bersama Sabeni. Hendra bisa menangkap kebahagiaan mereka berdua.
”Andai saja aku bisa seperti Pak Sabeni, alangkah bahagianya aku,” pikir Hendra dalam hati. Namun semua sudah terjadi dan tidak ada gunanya meratapi semua itu. ”Hidup ini memang tidak sempurna,” batinnya berkata.
Hendra menjalani rutinitasnya sehari-hari tanpa merasa terganggu dengan hubungan Sabeni dan Anna.
Roda kehidupan terus berputar, Hendra sedang mengalami kejayaan. Ia sedang berada di puncak karier, menjadi seorang direktur utama sebuah perusahaan ternama di negeri ini. Selain itu ia juga membuka bisnis baru dengan mendirikan sebuah showroom mobil, dan usaha barunya itu juga membuahkan hasil yang gemilang. Target penjualan mobil setiap bulannya selalu tercapai, Hendra sekarang jadi seorang milyarder.
Hendra meminta Sabeni untuk bisa menjaga Anna dengan baik, ia tidak ingin sesuatu terjadi pada istrinya tercinta. Sabeni sekarang menjadi pengawal pribadi Anna; kemana pun Anna pergi, pasti Sabeni selalu berada di sampingnya.
Suatu ketika saat Anna pergi ke butiknya dengan ditemani Sabeni, orang tua itu diperkenalkan dengan semua pegawai yang bekerja di butik Anna. Semua pegawai wanita di butik itu rata-rata berparas cantik, mulai dari manager sampai pramuniaganya. Apalagi manager marketingnya yang bernama Anita Sari, yang akrab disapa Sari (25).
Usianya masih muda dan sudah berkeluarga. Ia baru mempunyai satu anak. Sari juga menjadi tulang punggung keluarganya dalam mencari nafkah karena suaminya menderita kelumpuhan sejak dua tahun yang lalu akibat penyakit yang dideritanya. Waktu itu diagnosa dokter mengatakan kalau cincin annulus di tulang belakangnya pecah dan menyebabkan saraf tulang belakangnya terjepit. Kalau sudah terjadi seperti itu, sudah tidak bisa disembuhkan dan akibatnya penderita mengalami kelumpuhan permanen.
Sejak itulah Sari menggantikan peran suaminya untuk mencari nafkah. Ia melamar pekerjaan di butik Anna, dan Anna bisa melihat potensi yang dimiliki Sari. Setelah melihat loyalitas dan dedikasi Sari dalam bekerja, Anna mengangkat perempuan cantik itu menjadi manager di butiknya. Sari bertanggung jawab atas semua jalannya roda usaha butik itu. Gaji Sari juga dinaikkan sebanding dengan tanggung jawabnya, dan sejak itulah kehidupan rumah tangga Sari tidak pernah mengalami kesulitan financial seperti yang terjadi sebelumnya.
Kini ia sudah bisa memiliki mobil dan bisa membeli rumah, semua kebutuhan anaknya yang baru berumur lima tahun juga terpenuhi. Sari dan keluarganya sangat bersyukur bisa memiliki majikan sebaik Anna. Ia sangat segan pada Anna. Sari juga wanita yang berparas cantik; rambutnya yang lurus panjang tergerai, dan kulitnya putih bersih, tubuhnya yang sintal menggoda banyak pria yang melihatnya.
Melihat paras cantik dan body Sari yang memikat, Sabeni menjadi terangsang, kontolnya terlihat menggembung di balik celananya. Ia sangat menginginkan bisa meniduri wanita cantik itu, tapi bagaimana caranya?
”Ah, gampang… tinggal bilang ke Non Anna aja, beres!” pikirnya santai.
Anna dan Sabeni pun naik ke lantai dua menuju ruang kerja Anna. Anna berada satu ruangan dengan Sari, itu karena Sari adalah wakilnya dan lebih memudahkan dalam berkoordinasi.
Sesampainya di dalam ruang kerja Anna, Sabeni merangkul tubuh molek Anna dari belakang, kontolnya yang sudah konak dari tadi saat melihat kecantikan Sari, ia gesek-gesekkan ke belahan pantat Anna, sementara tangannya menyusup ke dalam dan meremasi kedua payudara Anna yang masih terbungkus BH. Satu per satu ia mempreteli kancing bagian atas dan melepas pengait BH yang dikenakan Anna.
”Aaakkkh...” lenguhan Anna terdengar begitu sensual.
Sabeni memutar tubuh perempuan keturunan Arab itu hingga posisi mereka sekarang berhadapan. Ia meraih tengkuk Anna dan menundukkan wajah wanita itu karena memang postur Anna lebih tinggi dari Sabeni. Rakus Sabeni mencium bibir Anna, dan Anna pun membalasnya tak kalah liarnya. Kini keduanya terlibat dalam percumbuan panas; lidah mereka saling mengait, celana Sabeni juga telah melorot ke bawah beserta celana dalamnya. Kontolnya yang besar dan panjang nampak tegak dengan kokohnya.
Sabeni juga melepas rok yang dikenakan Anna berikut celana dalamnya. Kini mereka berdua sudah dalam keadaan telanjang bagian bawah, karena bagian atas mereka masih mengenakan baju. Walaupun kondisi bagian atas Anna sudah awut-awutan, BH yang ia kenakan sudah dilepas oleh Sabeni.
Pelan Sabeni merebahkan tubuh Anna di atas meja dan meletakkan kedua kaki wanita itu di bahunya, lalu perlahan kontolnya menusuk liang vagina Anna yang sudah basah memerah.
”Aaakkkhhhh...” desahan Anna terdengar kencang, kedua matanya terpejam sesaat sambil menggigit bibir bawahnya.
Dia rupanya merasakan nyeri saat liang vaginanya dimasuki kontol Sabeni yang berukuran besar. Walaupun sudah terlalu sering berhubungan, namun kontol orang tua itu dirasakannya masih terlalu besar untuk liang vaginanya. Dengan tempo pelan Sabeni mulai menggerakkan pinggulnya dengan gerakan maju mundur, sambil tangan kanannya meremasi kedua payudara Anna yang kenyal secara bergantian. Semakin lama gerakannya semakin cepat dan stabil.
“Akh… akh... akh...” Anna melenguh merasakan kenikmatan itu. Kedua bola matanya terlihat memutih, pertanda Anna akan meraih orgasme.
Sabeni semakin mempercepat gerakannya, Anna pun merasakan ia akan sampai, namun tiba-tiba... ”Kriiiiieettt…!!” Terdengar suara pintu terbuka, dan terlihat Sari memasuki ruangan itu.
Mereka berdua begitu kaget. Anna segera bangkit dan berdiri, mukanya terlihat memerah. Begitu juga Sabeni. Ia menghalau Anna, walau sepintas sudah terbayang sebuah rencana di pikirannya untuk memuluskan keinginannya. Ia pun berpura-pura marah kepada Sari.
“Eh, kamu lancang sekali masuk ruangan tanpa permisi!!“ katanya membentak.
“Ma-maaf kan saya, Bu, Pak! S-saya tidak tahu.” Sari berkata membela diri.
“Ouw, mau mengelak kamu ya? Non, wanita ini biar saya yang urus, akan saya beri pelajaran atas kelancangannya. Kamu, duduk di situ!!” kata Sabeni masih terdengar membentak sambil menunjuk ke sofa.
Dengan seringai mesumnya Sabeni menghampiri Sari yang kini duduk sambil menundukkan wajah karena saking takutnya. Ia merasa sangat bersalah, tapi yang paling ia takutkan adalah kehilangan pekerjaan. Dalam hatinya, Sari sanggup menerima segala hukuman asalkan ia tidak sampai dipecat. Sementara Anna yang kecewa pada Sari hanya diam duduk di atas meja masih dalam keadaan telanjang bagian bawah, sama seperti Sabeni.
Sabeni menjambak rambut Sari dan mendongakkan wajahnya, “Kamu sudah lancang, untuk itu kamu harus dihukum!!” kata Sabeni dengan mata mendelik.
Sari pun semakin ketakutan. “Am-ampun, Pak. Saya bersedia dihukum apa saja asal jangan dikeluarkan dari sini,” pintanya terdengar memelas.
“Kamu memang harus dihukum karena sudah mengganggu kesenangan majikan. Sekarang hukumannya, kamu lepas semua baju kamu dan emut kontolku ini..!!” kata Sabeni, dalam hatinya ia tertawa melihat wajah Sari yang sedang ketakutan.
Sari terdiam sejenak dan terlihat ragu dengan apa yang akan ia lakukan. Melihat hal itu, Sabeni pun kembali membentak, ”Kamu mau dipecat?!!”
“Am-ampun, Pak! Jangan… saya jangan dipecat! S-saya bersedia!“ kata Sari.
Meski nampak ragu, dia mulai melepas semua pakaian yang ia kenakan. Sari terpaksa melakukan itu karena ia tidak mau kehilangan pekerjaan. Keluarganya menggantungkan hidup kepadanya. Sari berusaha menguatkan hati untuk bisa menerima hukuman itu. Kini ia sudah telanjang bulat di depan Sabeni, orang tua itu terkesiap melihat kemolekan tubuhnya.
”Wanita yang cantik! Rasakan nanti, kujebol memekmu!!” pikir Sabeni dalam hati. Dia meminta Sari untuk berlutut, lalu kontolnya yang besar itu ia pukul-pukulkan ke wajah Sari yang cantik, terutama ke bibir dan kedua pipinya; kiri dan kanan.
“Tenang saja, manis, kamu tidak akan mendapatkan hukuman yang berat kalau kamu menurut semua perintahku, bahkan kamu akan merasakan kenikmatan yang belum pernah kau dapatkan dari suamimu!” kata Sabeni. Ia sedang berusaha melemahkan mental Sari.
Dalam hatinya, Sari bergidik ngeri melihat kontol Sabeni yang panjang dan besar. Baru kali ini ia melihat kontol sebesar itu, panjangnya sama dengan lengan Sari.
“Sekarang kamu kulum kontolku ini,” kata Sabeni sambil menyodorkan kontolnya ke mulut perempuan cantik itu.
Meski terlihat masih ragu, Sari mulai memegang kontol Sabeni, dan mengocoknya sebentar. Lalu ia masukkan kontol itu ke dalam mulutnya… haap!! Kontol Sabeni yang besar dan panjang itu langsung terasa menusuk. Sari mulai mengulumnya. Sabeni mengerang merasakan kenikmatan dan hangatnya bibir ibu muda seksi yang kini menghisapi batang kontolnya
“Ouugghhhhh… doyan kontol juga kamu, Nduk!!” ceracau Sabeni sambil menjambak rambut Sari dan menekan ke arah selangkangannya hingga membuat Sari tersedak.
”Ughukk… hmmm!!” Setelah empat terbatuk, ibu muda itu kembali melanjutkan aksinya. Kali ini ia mempermainkan ujung kontol Sabeni.
Sari seperti gemas melihat batang kontol Sabeni yang besar panjang dan mengeras seperti pentungan kayu. Kepala kontol Sabeni hingga ke lubang kencingnya ia jilati dengan lidahnya. Sari sudah tidak ragu lagi melakukan tugasnya, bahkan Sabeni dibuatnya merem-melek merasakan kenikmatan.
Sabeni pun tak mau kalah sebelum berperang. Orang tua itu cepat-cepat meraih kedua lengan Sari dan memintanya berdiri. Ia pagut bibir Sari yang mungil, dan tak disangka Sari pun membalasnya tak kalah sengit. Kini terlihatlah percumbuan panas antara Sabeni dengan Sari, sedangkan Anna yang menyaksikan itu juga ikut merasakan gelombang birahi kembali mendera tubuhnya. Ia mulai meremasi kedua payudaranya yang kenyal dengan kedua tangannya. Sabeni sempat melirik kepada Anna, ia pun menghentikan cumbuannya sejenak dan meminta pada Sari untuk menungging. Dengan senang hati Sari menurutinya.
“Sini, Non, ikut gabung… Non duduk di situ, biar si betina ini yang akan memuaskan Non,” ajak Sabeni.
Rupanya ia bermaksud menyetubuhi Sari dengan posisi doggy style, sementara Anna duduk di sandaran sofa. Dengan sedikit membungkukkan badan dan kedua kaki mengangkang lebar, Sari mendekatkan mukanya ke selangkangan Anna. Ia pun mulai menjilati memek Anna yang sudah basah. Dengan penuh nafsu Sari menjejalahi liang vagina majikannya itu.
“Ughhh,” Anna pun kelojotan merasakan nikmat yang teramat sangat. Matanya membeliak saat lidah pegawainya menyentil-nyentil klitorisnya. Lidah Sari begitu lihai dalam menjilat, hingga tak berapa lama Anna pun merasakan orgasmenya datang.
“Aaaaaaakkkkhhhhhh… aku keluar!!” Anna mengerang panjang bersamaan dengan cairan bening yang mengucur deras dari liang vaginanya. Tubuh Anna terasa lemas, ia pun memelorotkan tubuhnya dan duduk di sofa dengan kepala ia sandarkan begitu saja.
Sementara itu Sabeni yang dari tadi menyaksikan adegan jilat memek antara Sari kepada Anna, kini merasakan birahinya semakin memuncak, bahkan sampai ke ubun-ubun, apalagi adegan itu dilakukan Sari sambil mengangkang. Melihat kedua bongkahan pantat ibu muda itu, Sabeni begitu gemas. Kedua bongkahan pantat Sari yang sekal memang terlihat seksi dan merangsang, berkali-kali Sabeni menamparnya hingga meninggalkan bekas kemerahan di pantat Sari yang putih mulus. Kontolnya yang telah menegang keras ia gesek-gesekkan di belahan pantat seksi ibu muda itu.
“Aaaakkhhh… iiihhhhttttkkhh…!! ” Sari membeliakkan mata ketika merasakan batang kontol Sabeni mulai menusuk dan membelah liang vaginanya dengan sangat perlahan-lahan tapi pasti.
Seringai mesum tersungging di bibir Sabeni saaat menancapkan kemaluannya semakin dalam dan dalam, sampai mentok seluruhnya, baru kemudian ditariknya perlahan-lahan dan disodokkan lagi ke dalam jepitan vagina Sari yang sempit. Semakin lama Sabeni semakin hilang kendali dan tidak memikirkan kondisi Sari yang kewalahan.
“Pelan-pelan, Pak! Aaaarrrhhhhhh… ooohhh!!” pinta Sari menahan rasa nyeri, tapi Sabeni terus menggenjot vaginanya dengan kasar sampai-sampai ibu muda itu merasa kesakitan.
Walaupun dirinya sudah bukan perawan dan pernah melahirkan, tetap harus diakui tidak semudah itu vaginanya yang mungil menerima kontol Sabeni yang besar dengan begitu mudah. Apalagi kalau dengan gaya sebrutal itu.
Anna sebenarnya merasa kasihan dengan Sari, namun ia tidak dapat berbuat banyak selain duduk di sofa menghadap ke dada Sari yang bergelantung bebas. Anna mengelus-elus payudara pegawainya itu, lalu diemutnya puting Sari yang terasa kaku dengan lembut. Anna berharap dengan cara demikian ia dapat sedikit meringankan beban Sari akibat genjotan maut Sabeni.
“Ahhh… mmmhhh!!” rintihan Sari bertambah ketika Anna menghisap ujung dadanya, ia malah mendekap majikannya itu untuk menahan rasa sakit bercampur nikmat yang menjalar di seluruh tubuhnya.
Dengan hisapan Anna pada payudaranya dan perlakuan Anna yang jauh lebih lembut dari Sabeni, Sari tidak merasa kesakitan lagi, malah kini berganti dengan kenikmatan ketika orang tua itu mulai melakukan genjotan-genjotan maut yang agak kuat dan kencang.
“Crepppp… blleeesss… Clepp… clepp...” Kontol hitam besar itu terus keluar masuk menggesek-gesek dinding vagina Sari yang lembut.
“Ennnhh... ennnnh... Pak! Ahhhhh…!!” Sari merintih-rintih menerima kenikmatan yang menerpa tubuhnya. Dia mengejang beberapa detik sebelum akhirnya terkulai lemas.
“Huh... hhh...” Sabeni menghela nafas panjang, berusaha mengatur detak jantungnya. Dia mencabut batang kontolnya yang hitam dan besar dari selangkangan ibu muda cantik itu.
“Non Anna… giliran Non sekarang, hehehe.” panggil Sabeni pada Anna yang masih mempermainkan buah dada Sari.
Setelah membuka lebar kedua paha Anna yang putih mulus, Orang tua itu pun mulai mengarahkan batang kontolnya ke liang vagina Anna. Wanita cantik itu merintih menahan sakit. Meski ia sering berhubungan dengan Sabeni, tapi Anna masih tetap merasakan nyeri di liang vaginanya saat kontol besar panjang milik Sabeni membelah celah vaginanya. Mata wanita cantik itu terpejam rapat-rapat ketika merasakan vaginanya menerima benda hitam yang besar dan panjang itu.
“Asssshhhhh… ouwwww… s-sakit, Pak!!” rintih Anna ketika Sabeni mulai mengenjot tubuhnya.
“Ughhh,” Sabeni melenguh menikmati jepitan vagina Anna pada batang kontolnya. Ia menambah kecepatan genjotannya sambil meremas kedua payudara Anna yang montok. Sentakan-sentakan Sabeni kian bertenaga sehingga membuat Anna membelalakkan mata, permainan kali ini dirasakannya lebih bergairah daripada sebelumnya.
Sabeni menggeram merasakan kenikmatan, gerakannya semakin cepat dan cenderung liar. Ia menarik dan membenamkan batang kontolnya jauh-jauh ke dalam vagina Anna.
“Clepp... Cleppp... Cleppp… Bleeesss...” berulang-ulang kontol Sabeni keluar masuk di vagina Anna, sesekali disertai gerakan memutar seperti mengaduk vagina sempit itu.
“Gimana, Non… hhuuhh… uuhh… enak nggak?” tanya Sabeni sambil terus memompa.
“Enak, Pak! Enak banget!” jawab Anna terengah-engah ketika merasakan genjotan-genjotan Sabeni semakin memberikan kenikmatan yang menjalari seluruh tubuhnya.
"Pak Sabeni… saya… aaghh... u-udah mau!" erang Anna panjang dengan tubuh menggelinjang.
Sabeni makin keras menghujamkan kontolnya ke dalam vagina Anna hingga semenit kemudian wanita cantik itupun menjerit keras melepas semua beban birahinya. Lubang vaginanya berkedut-kedut kencang dan mengeluarkan banyak cairan hangat berwarna bening.
”Hoosshh… hhhsssshh…” Anna bernafas ngos-ngosan setelah orgasme panjang yang menerpanya, buah dadanya yang bulat indah itu naik turun seirama dengan napasnya.
Sabeni menolehkan wajahnya pada Sari yang masih duduk di sofa itu tak jauh dari mereka. Ibu muda itu terlihat masih lemas akibat orgasmenya tadi. Sari menatap sayu ke arah kontol Sabeni yang masih mengacung dengan gagahnya, benda itu nampak basah oleh cairan kewanitaan Anna.
“Hai, betina jalang! Sini!” Sabeni sengaja memanggil Sari dengan panggilan yang kasar dan merendahkan.
Sabeni nampaknya suka sekali memperlakukan Sari seperti budaknya, sedangkan Sari sendiri tidak menghiraukan semua itu. Dengan rela hati ia menerima, dan malah justru seperti menikmati perlakuan kasar Sabeni kepada dirinya. Dari perlakuan kasar itu, Sari juga memperoleh kepuasan yang belum pernah ia dapatkan dari suaminya.
Perlahan-lahan ibu muda yang cantik itu mendekati Sabeni. Tanpa diperintah, ia segera berlutut di depan selangkangan orang tua itu dan meraih batang kontol Sabeni. Sambil mengangguk puas, Sabeni menarik pergelangan tangan Anna, memintanya agar turun dari sofa dan ikut berlutut di samping pegawainya. Lalu secara bersama-sama, Sari dan Anna pun mulai mengulum dan menjilati batang kontol Sabeni. Lidah-lidah mereka menyapu batang itu hingga bersih dari cairan orgame yang belepotan di sana-sini. Keduanya secara bergantian mengemut batang Sabeni dan juga buah pelirnya.
“Ughhh... nikmatnya!” Tak lama kemudian, Sabeni melenguh dan mencabut batang kontolnya. Dia menyemprotkan spermanya ke arah kedua ‘bidadari’ di hadapannya itu. Cairan putih kental berbau tajam itu membasahi wajah, rambut, dan leher mereka berdua.
“Ayo, betina jalang... kamu yang telan pejuhku ini!!” kata Sabeni sambil meraih dagu Sari dan mengarahkan kontolnya yang masih memuntahkan sperma ke mulut ibu muda cantik itu.
Semprotan sperma Sabeni mereda sedikit demi sedikit dan ukuran kontolnya menyusut di mulut Sari yang diperintahkannya untuk terus membersihkan. Setelah itu Sabeni terduduk lemas di sofa. Anna memeluk Sari hingga kedua buah dada mereka saling menempel erat, dijilatinya ceceran sperma di wajah ibu muda itu dengan lidahnya. Mereka juga sempat berciuman dan beradu lidah.
Sabeni merentangkan kedua tangannya untuk merangkul, dan kedua bidadari yang mengerti isyarat Sabeni, segera duduk di samping kanan dan kiri. Sabeni mememeluk kedua bidadarinya itu, dan secara bergantian mengecup kening dan bibir mereka berdua.
Orang tua itu seperti raja minyak yang dikelilingi wanita-wanita cantik. Sabeni sungguh orang tua yang beruntung. Di usianya yang lanjut itu ia mendapatkan kesenangan bersama para bidadari cantik. Sewaktu masih hidup dalam kesengsaraan tak pernah terlintas dalam pikirannya ia akan mendapatkan semua ini.
Namun semenjak mewarisi kesaktian dari kakek buyutnya, ditambah lagi ia bertemu keluarga Hendra yang menerima dan memeperlakukannya seperti keluarga sendiri, Sabeni bahkan bisa meniduri istri Hendra yang cantik itu, kapan pun ia mau, malah Hendra sendiri yang merelakan istrinya untuk ditiduri.
Dengan kesaktiannya itu, Sabeni bisa mendapatkan wanita mana saja yang ia inginkan. Tunggu saja petualangan Sabeni dalam menaklukkan mangsa mangsanya di episode-episode berikutnya…
Bersambung……