“Heh, enak aja loe. Bayern München mah udah nggak ada apa-apanya lagi. Dua minggu lalu udah keok ama Arsenal, ntar malem pasti digasak abis sekali lagi!” Yenny berkata dengan nada tinggi.
“Ngomong sembarangan aja loe. Dua minggu lalu cuma kebetulan aja Bayern kalah. Arsenal tuh yang kali ini bakalan dibantai!!” Linda tidak mau kalah gertak dengan temannya itu.
Yenny dan Linda adalah dua orang mahasiswi sebuah universitas swasta yang memang gemar dengan pertandingan sepakbola, terutama Liga sepakbola di benua Amerika Latin dan Eropa. Kali ini yang dijadikan obyek diskusi adalah babak penyisihan Champion League 2015 di Eropa. Sebagaimana biasanya perempuan-perempuan yang menyukai sepakbola, faktor ketampanan pemain sering ikut menjadi faktor utama mengapa mereka menyukai pertandingan sepakbola. Linda penggemar FC Bayern München karena terpesona oleh penampilan Lewandowski dan Thomas Muller, sedangkan Yenny terpesona oleh ketampanan Giroud.
Perdebatan kedua mahasiswi cantik itu semakin seru sampai terlontar sebuah taruhan. “Gini aja, lo berani taruhan nggak ama gue?” tantang Yenny.
“Lo pikir gue takut. Berani taruhan berapa lo?” Linda tidak mau kalah gertak.
“Udah basi taruhan duit melulu. Gini aja, yang kalah harus siap dikerjain sama siapa aja yang disuruh sama yang menang. Nggak boleh nolak. Gimana? Masih berani nggak lo taruhan?” Yenny menawarkan taruhan model baru.
Linda terdiam. Dia yakin favoritnya Bayern München akan menang. Namun dia tidak menyangka taruhannya akan begini. Biar pun Linda bukan perawan, namun tetap saja taruhan ini tidak diduganya sama sekali. Namun karena jiwa mudanya tak mau kalah, ia pun akhirnya balik menantang.
“Kita bikin cara baru supaya lebih seru. Jumlah lelaki yang akan membantai sesuai dengan selisih gol tim pemenang dibandingkan tim yang kalah. Siap nggaklo di gangbang orang sekampung kalo Arsenal kalah dibantai ama Bayern?”
Yenny yang geram segera mengiyakan, “Siapa takut, oke gue setuju! Sekarang salaman, deal!”
“Deal. Kita lihat aja 'ntar malem,” sahut Linda.
.
***
Waktu pertandingan antara Arsenal dan Bayern München pun tiba. Kebetulan Linda dan Yenny esok harinya baru ada kuliah di tengah hari, sehingga mereka sanggup begadang. Mereka asyik menonton di kamar tidur mewah di rumah masing-masing yang dilengkapi TV flat-screen, namun saling memberikan 'perang-psikologis' yang terus mereka kirimkan lewat BBM.
Selama sepuluh menit pertama Linda dan Yenny saling ber-BBM dengan sebanding, namun hanya dalam dua puluh menit selanjutnya terjadilah hal yang sama sekali tak diduga oleh Yenny : Bayern München berturut-turut menjebol gawang Arsenal sehingga telah unggul 2 : 0.
Keadaan semakin terpuruk bagi Yenny karena menjelang berakhirnya babak pertama, kembali gawang Arsenal kebobolan, sehingga memasuki waktu istirahat,Bayern München telah unggul telak 3 : 0.
Babak kedua yang masih menjadi harapan tipis bagi Yenny ternyata semakin menambah ‘bencana’. Tidak dapat dipungkiri rasa takut sepenuhnya menerpa Yenny ketika pertandingan semakin mendekati menit-menit terakhir, di menit ke 85 keadaan sudah 5 : 1 untuk kemenangan Bayern München .
Saat itu Linda mengirim SMS kepada Yenny, “Hehehe... memek lo udah gatel belom? Tenang aja, besok gue cariin empat lelaki yang barangnya gede semua buat garukin memek loe, hahaha.”
Beberapa detik setelah wasit membunyikan peluit penutup pertandingan, Yenny menerima WhatsApp berisikan gambar empat kemaluan yang disunat, berwarna hitam berurat-urat, mengacung dengan gagahnya!
“Wuuiihhhh... sambil digenjot loe diwajibkan nyepong nih. Pernah four-some nggak lo, Yen? Hahaha.”
Yenny benar-benar takut. Dia mematikan HP nya. Dia sangat ngeri membaca SMS dari Linda. Tidak terbayangkan dia akan digangbang oleh empat lelaki. Selama ini memang dia pernah ML, namun ML yang one-on-one biasa saja, tidak pernah aneh-aneh. Dia menyesali ide taruhan gila ini, padahal justru dia sendiri yang menyarankan. Dia tak menyangka Arsenal akan bermain sejelek ini.
5-1.... untuk keunggulan Bayern München. Yenny benar-benar tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Empat orang lelaki asing... dia pun belum tahu siapa keempat lelaki itu. Yenny sampai tidak bisa tidur memikirkan hal tersebut. Dia takut hari esoknya. Dia takut datang ke sekolah dan bertemu Linda.
But, the show must go on ....
Esok harinya, Yenny berjalan dengan gontai menuju kampus. Mukanya terlihat kusut karena dia sama sekali tidak bisa tidur setelah pertandingan Arsenal - Bayern München selesai. Ditambah dia sesekali menangis, sehingga membuat penampilannya pagi ini tidak seceriah seperti biasanya, betapa pun ia berusaha menyembunyikannya dengan make-up cukup tebal.
Dan suara yang paling tidak ingin didengarnya pada saat itu pun memanggil,“Oi, Yenny. Seru banget ya kemarin, Arsenal emang parah banget maennya! Hahaha,” Linda datang menghampiri Yenny.
“Iye, udah. Nggak usah diomongin lagi lah pertandingan malam kemaren. Gue sih sportif. Gue siap terima semua akibatnya,” Yenny menjawab dengan lemas.
“Oh iya yah, hampir lupa, kita ada taruhan ya. Mmmhh... jadi berapa orang yang harus ngerjain lo sekaligus? Hihihi,” Linda menggoda Yenny
“Udah ah, nggak usah pura-pura lupa deh. Iya, empat orang, Lin, empat orang!!” Yenny benar-benar sudah lemas duluan membayangkannya.
“Hehehe, oke deh. Proses gangbang-nya seminggu lagi ya. Gue kudu nyiapin bener-bener acara spesial ini. Sekalian gue juga kudu kasih kesempatan memek lobuat latihan. Siapa tau lo mau latihan pake timun apa terong dulu gitu, hahahha.”
“Sialan lo, puas banget ya godain gue. Dimana ntar tempatnya?” Yenny berusaha mengalihkan.
“Tempatnya biar enak dan gratis, biar di rumah gue aja. Pokoknya lo tau beres. Lo tinggal datang doang. Eh, nanti sopir gue jemput deh. Pokoknya lo tau beres aja.”
“Lha, kalo di rumah lo, gimana ortu lo ama pembantu-pembantu lo? Malu ah gue,”
“Iya lah, lo kaya kagak tau ortu gue aja. Kan sama seperti ortu lo. Kerjaannya ngurusin bisnisnya di luar negeri melulu. Anaknya mah kagak diperhatiin. Tapi gapapa sih, asal transferan duitnya lancar, hehe. Kalo pembantu gue mah santai lahhh, bisa gue atur.”
“Ya udah, terserah lo dah.”
***
Selama seminggu Yenny sering benar bertanya pada temannya itu setiap kali papasan, menanyakan siapakah empat lelaki pilihan Linda. Namun yang diperoleh hanya jawaban sangat mengesalkan.
“Mau tau aja, atau apa lo udah ngebet banget? Haha... udah, tunggu aja hari H-nya. Nggak sabar banget sih memek lo ini,“ Linda menjawab sambil membelai memek Yenny dari luar rok abu-abunya.
“Ah, apaan sih lo. Ya udah kalo nggak mau ngasih tau, enggak usah.” Yenny menjawab dengan sewot. Sementara Linda hanya tersenyum penuh misteri. Nampaknya dia sudah mempersiapkan semuanya secara matang.
Akhirnya hari yang dinantikan Linda sekaligus paling ingin dihindari Yenny tiba.Hari itu adalah hari Jum'at. Esoknya hari Sabtu, tak ada kuliah. Linda sengaja mengadakan di hari ini karena dia merasa malam ini akan panjang, kebetulan orang tuanya juga tak ada, semua pembantunya juga diberikan libur dua hari. Rumah mewah itu kini benar-benar menjadi miliknya!
Ketika pulang sekolah, Linda memberikan bungkusan kecil kepada Yenny. Setelah di-cek oleh Yenny ternyata itu adalah T-shirt warna-warni mirip seragam tim Arsenal yang dibuat khusus untuk suporter perempuan karena memiliki lubang kepala yang lebih lebar sehingga jika digunakan akan membuat bahu kanan yang memakainya menjadi terlihat. Selain itu juga celana pendek pemain sepakbola Arsenal dengan karet melar di pinggangnya sehingga cukup dengan ditarik maka akan langsung melorot jatuh ke bawah.
Sesuai perjanjian mereka maka sekitar jam lima sore mobil Honda Jazz milik Linda datang menjemput Yenny di rumahnya dengan dikendarai oleh sopirnya Linda bernama pak Dahlan. Yenny mengatakan kepada orang tuanya bahwa ia akan menginap selama semalam di rumah Linda untuk belajar bersama. Memang hal itu sudah beberapa kali dilakukan Linda dan Yenny secara bergantian, sehingga orang tua masing-masing pun tak pernah curiga.
Pak Dahlan menghentikan mobilnya di depan garasi rumah Linda, lalu ia mengatakan bahwa masih ada tugas lain harus ia jalankan. Dipersilahkannya Yenny untuk masuk ke rumah yang mewah itu, sedangkan Pak Dahlan kembali masuk kemobil dan langsung menghilang di sudut jalan. Yenny dengan langkah agak ragu mendekati rumah temannya yang sebetulnya sudah sering sekali ia masuki, namun kali ini dengan perasaan lain dan jantung berdegub berdebar menanti surprise.
Ternyata pintu kayu berwarna coklat tua terbuat dari kayu mahoni sangat mahal itu sama sekali tak dikunci, sehingga setelah Yenny beberapa kali mengetuk dan tak memperoleh jawaban, langsung ia memasuki ruang tamu. Disitu pun Linda sama sekali tidak tampak batang hidungnya sehingga Yenny beberapa kali memanggil namanya, namun tetap saja temannya itu tidak kunjung muncul.
"Lin, lo ada dimana sih? Lalo gini gue udahan aja deh, mau pulang lagi. Ntar gue panggil taxi aja," demikian ujar Yenny yang mulai mempunyai harapan bahwa temannya hanya gertak sambal saat menggodanya, bahwa akan disediakan empat lelaki asing untuk membantainya akibat kalah dalam pertaruhan.
Namun pada saat Yenny merogoh ke dalam tas kecilnya untuk mengambil ponsel, masuklah Linda dari pintu depan disertai dengan dua lelaki yang bertubuh kekar dan hitam legam. Beberapa detik kemudian muncul pula dari arah dalam rumah dua lelaki lain yang tak kalah tegap berotot sambil menyeringai. Tanpa sadar Yenny merinding melihat keempat lelaki yang terlihat buas beringas itu.
"Hehehe, lo udah nggak sabar ya? Ini kenalin dulu beberapa orang kepercayaan di pabrik bokap gua, dua dari badan keamanan, seorang dari pengawas gudang, dan satu lagi mandor kebun karet bokap di Cibinong; pak Abdul, pak Omar, pak Murad, dan pak Harun. Semuanya penggemar sepakbola dan sama seperti lo, mereka kalah taruhan karena menduga bahwa Arsenal bakalan menang, nggak tahunya Arsenal maen jelek banget. Mereka masih uring-uringan pengen nyari imbalannya... jadi gue pikir apa salahnya kalo dikasih cewek amoy penggemar bola yang juga kalah taruhan, hehehe."
"Sialan benget lo, tega-teganya nyerahin gue ke tangan empat buruh yang buas begini," wajah Yenny semakin pucat sambil tanpa sadar melangkah mundur, namun langsung dikelilingi oleh keempat lelaki.
Semuanya memiliki wajah yang menyeramkan, pak Murad dan pak Abdul sebagai anggota keamanan terlihat keduanya bergigi tonggos dan mata jelalatan seperti ingin menelan tubuh Yenny bulat-bulat. Pak Omar si pengawas gudang terlihat agak kurus namun kedua lengan atas dan bawahnya penuh bekas luka dan juga tatoo golok, ular serta perempuan telanjang. Pak Harun si mandor kebun paling hitam karena selalu bekerja di udara terbuka, agak pendek tambun, wajahnya penuh kumis berewokan.
"Ayolah, pak, masa cuma diliatin aja? Temen saya yang satu ini dulu jago senam di sekolah, jadi nggak bakal puas kalo cuma ngadepin lelaki loyo. Siapa mau mulai nyicipin duluan, saya jamin pasti nggak nyesel," Linda memberi semangat kepada keempat lelaki pilihannya, "kan saya udah bilang semuanya gratis."
"Aaaah... geli, pak, jangan kasar dong!!" Yenny menggeliat berusaha menunduk ketika lengannya ditarik ke belakang dan dipegangi oleh Omar. Sementara Murad dan Abdul yang berdiri di sebelah kiri kanan mulai meraba dan meremas-remasbuah dada Yenny, sedangkan Harun yang agak jongkok meraba mengelus betis serta paha putih mulus Yenny sehingga semakin kegelian dan berusaha menendang ke sana-sini.
"Hehehe, binal juga ya si neng geulis. Senang sepak bola rupanya, jadi siip banget nih betis, cuppp.. cuppp.. syeet licin banget, naik dikit lagi ah, cupp...sssshhh... cupp... wuuiih, nih paha legit amat!!" Harun semakin berani dan tangannya naik ke lutut serta masuk ke bawah rok Yenny mengusap memijit pahanya.
"Beneran nih, Non, nggak ada orang lain bakalan datang masuk ke rumah? Kita nggak usah bayar kan?" Omar yang memegangi Yenny dari belakang masih bertanya sekali lagi kepada Linda.
"Eeeh... udah dibilangin berkali-kali masih aja kurang percaya! Kalo gitu ya udah, bang Omar bubaran sana, pulang aja, nggak usah ikutan pesta!" Linda menjawab agak sewot karena satu pegawainya masih ragu.
"Iya, lo budeg kali ya! Daripada nanya melulu, mendingan kita cepetan lepas baju, bugilin nih amoy dan mulai ngewe. Udah dikasih makanan enak masih nawar segala, lo pegangin ya si neng, jangan ampe lepas!" demikian Murad menghardik temannya.
Mendengar usul Murad ini, Abdul dan Harun langsung melepaskan sebentar mangsa mereka dan mencopoti semua baju serta celana masing-masing, disusul oleh Murad sendiri. Setelah itu mereka bertiga bergantian merejang Yenny yang meronta terengah-engah, dan hanya dalam waktu sangat singkat mereka berempat telah mengepung mangsa mereka di tengah-tengah.
Tapi kali ini keempat pejantan itu telah telanjang sedangkan Yenny berdiri ditengah mereka dengan baju yang mulai acak-acakan pula, sementara kedua matanya membelalak tak mempercayai menatap empat penis berukuran super yang telah mengacung mengangguk-angguk siap membantai memeknya.
Bagaikan terhipnotis, Yenny membiarkan tubuhnya digiring ke sofa besar dan direbahkan disitu. Karena tak ada gunanya melawan maka Yenny membiarkan mereka melepaskan seluruh busananya.
"Ck, ck, ck, duh gusti... bagus amat nih badan! Rasanya sayang mau ngegunyeng, takut rusak tuh kulit. Mau mulai jadi bingung, neng aja yang pilih ya mau ngelayanin siapa dulu," celoteh Harun ketika melihat tubuh Yenny telah telentang di sofa, dimana kedua tangan Yenny berusaha menutupi kedua buah dada dan selangkangannya, sementara matanya mulai gelisah ketakutan dan berlinang-linang.
"Hehehe, gini aja... saya usulin nih, bapak semua duduk di pinggiran sofa, Yenny berlutut menyepong rudal bapak-bapak bergantian. Sesudah itu Yenny sendiri yang memutuskan mau mulai apa siapa, saya sih cuma ngeliatin jadi penonton. Gimana?" demikian Linda mulai dengan fantasi seks-nya.
"Akuuur, akuuuur... iya, itu usul bagus. Ayo, neng, kapan lagi ngalamin lomba alat kelamin gini?!" Abdul langsung memberikan persetujuan, diikuti gelak tawa dan anggukan kepala yang lainnya.
Yenny bukanlah gadis terlalu alim, dengan pacarnya pun sudah beberapa kali iamelakukan oral, tapi belum pernah dengan lelaki lain, apalagi saat ini sekaligus akan mengoral empat lelaki bergantian.
Ia langsung menggeleng-gelengkan kepala, namun hal itu tentu saja tak dipedulikan oleh keempat lelaki yang telah terbangun syahwat mereka melihat perempuan muda bertubuh putih mulus telanjang bulat. Yenny berusaha membalikkan tubuhnya untuk telungkup, namun hal itu sama sekali bukan tindakan yang cerdik karena keempat lelaki kasar itu langsung menerkam dan masing-masing memegang kaki tangan si cantik. Tak memperdulikan rontaan si mahasiswi ini, bahkan Abdul sambil merejang pergelangan kaki kiri Yenny sekaligus iseng-iseng meremas-remas bulatan pinggul mangsanya, kemudian jari tengahnya dijulurkannya ke tengah bongkahan padat itu dan secara nakal menusuk dubur Yenny.
"Aaaauw! Sialan kalian semua! Jangan di situ, sakit tahu!" Yenny melupakan situasi tubuhnya yang tak menguntungkan dan menggeliat-geliat, menyebabkan jari nakal Abdul keluar. Namun dengan begitu Yenny dengan mudah diseret turun dari sofa, dan kini dipaksa berlutut dengan tangan ditelikung ke belakang punggung.
"Hehehe... jadinya ketahuan ya si neng nggak suka maen belakang, ntar abang ajarin supaya pinter. Bo'olnya masih perawan nggak, neng?" tanya Abdul yang rupanya paling sadis dari semuanya, ia kini berada di belakang Yenny yang dipaksa berlutut.
Karena Yenny tetap berusaha menolak, maka Abdul sengaja menekuk dan agak memelintir lengan Yenny sehingga ia memekik kesakitan dan patuh berlutut dihadapan ketiga lelaki yang duduk di pinggiran sofa dengan penis masing-masingmengacung keras.
"Makanya jangan ngelawan, neng. Kan udah janji akibat kalah taruhan bola harus ngelayani kita semua. Pokoknya kita semua nggak bakalan nyakitin neng asal nurut ama kita, betul nggak?" tanya Abdul sambil menoleh kepada semua konconya yang tentu saja mengangguk tak sabar minta di-service.
Karena melihat Yenny masih segan menuruti kemauan mereka maka Abdul menambahkan ancaman, "Kalo neng ngelawan maka nanti disuruh ngelayanin bukan cuma kita berempat, tapi tambah lagi tuh kuli-kuli bangunan di seberang, pasti neng akan dientot lebih dari sepuluh orang, mau?"
Yenny hanya dapat menundukkan kepala dengan putus asa, lalu menggeser lututnya sehingga ia tepat berada di depan selangkangan Murad yang duduk paling kiri. Perlahan-lahan dia mulai memegang dan merangkum kejantanan Murad dengan jari-jari tangannya yang lentik dan mengocoknya turun naik.
"Ooohh... iya! Gitu pinteeeer.. teruuus! Aaaaah.. ayo, mulai dijilat biar bersih bekas pejuh yang lama.. sebentar lagi keluar yang baru! Oooooohhh.. siiiiipp! Uuuuuuh.. ngimpi apa gue dilayanin bidadari?!" Murad menengadah ke atas sambil mulutnya ngoceh karena keenakan dikocok tangan halus si mahasiswi.
Yenny berusaha menekan rasa muaknya karena penis Murad rupanya tak begitu bersih meskipun ia disunat, terlihat dari bagian tonjolan kepalanya bagaikan jamur raksasa, namun pinggir dan bawahnya tampak agak bebercak putih, entah masih sisa dari masturbasinya terakhir kali membayangkan Yenny.
Karena merasa kurang puas hanya dikocok, maka Murad memegang kepala Yenny dan ditariknya ke bawah sehingga mulut Yenny mendekat dan menyentuh kepala rudalnya. Yenny berusaha menahan nafasnya karena mencium bau kurang sedap, namun disadarinya bahwa situasinya sedemikian rupa tak menguntungkan. Oleh karena itu sambil menahan nafas, ia pun membuka mulutnya.
"Arrggh.. hhueeeck.. hhuueecck! Uuurrrgh.. hueeecck!" berkali-kali Yenny hampir muntah menahan rasa mual karena kepala penis Murad langsung menyentuh langit-langit mulutnya, bahkan didorong masuk ke arah kerongkongan, dan ketika Yenny berusaha bernafas tercium aroma pesing sangat menjijikkan.
Air mata berlinang di pelupuk mata Yenny namun tentu saja hal itu tak akan menimbulkan rasa belas kasihan para lelaki kasar yang entah berapa lama mendambakan ingin merasakan bagaimana rasa perlayanan seorang gadis muda keturunan yang kini berlutut di hadapan mereka bagaikan budak seks.
"Ayo, gantian ah sekarang.. jangan eluh aja! Kita kan semuanya ngarepin serpis yang sama! Ayo, non, sekarang pindah ngulum punya abang! Sosis mahal asli nggak ada duanya di kampong!!" tegur Omar yang tanpa segan-segan langsung memberi tanda kepada Yenny agar menggeser posisi ke tengah belahan pahanya,yang mana dalam sehari-hari tentu tak akan dipedulikan oleh Yenny.
Namun saat ini ia tak mempunyai kekuatan untuk melawan, sehingga ia melepaskan penis Murad dari mulutnya dan kemudian mengarahkan perhatiannya kepada kemaluan lelaki berikutnya ini.
"Nih.. pegang, non! Coba dikocok biar mantap! Keras nggak, non? Siiip kan sosis abang?! Bayangin ntar nih sosis masuk memek si non, gimana rasanya? Ayo.mulai serpisnya supaya makin gede lagi, hehehe." Omar membual membanggakan tombak dagingnya yang memang sangat keras dirasakan tangan Yenny.
"Ayo, mulai dijilat, non! Pinggirannya gituuu.. iyaaaaah! Sekarang kitikin tuh lobang di tengah! Duuuh, nggak tahan lama nih gue! Ooooh.. eyaaaang, ngimpi apa dijilatin ama amoy, ooooohh!!" Omar menggeleng-gelengkan kepala seolah tak percaya pada rasa nikmat yang sedang ia nikmati. Tanpa sengaja Omar mendorong pinggulnya sehingga kepala tongkolnya menjarah bagian belakang mulut Yenny yang sangat mungil.
"Aaeeerrghh.. uueeeerrrgggkk.. uuueeegghk.." kembali Yenny megap-megap berusaha mencari nafas karena mulutnya dipenuhi kemaluan yang jauh lebih besar daripada milik pacarnya.
Sekaligus sambil menjarah mulut yang mungil, kedua tangan Omar mengelus dan meremas-remas bukit kembar di dada Yenny. Ia sentil-sentil kedua puting merah kecoklatan yang ada di sana sehingga semakin menonjol dan mulai ikut mengeras.
Setelah beberapa menit Omar dan Murad agaknya telah puas disepong oleh Yenny, keduanya bangun dari posisi duduk, mereka memberikan aba-aba agar Abdul dan Harun duduk saling dempet di sofa sehingga Yenny dengan lebih mudah dapat mengocok dan menyepong keduanya bergantian.
Murad dan Omar kini kembali ikut berlutut di kiri-kanan Yenny, bergantian mereka menciumi kuduk, leher serta telinga si gadis ABG itu. Selain itu tangan-tangan mereka tak tinggal diam menjelajahi, mengusap-usap serta meremas buah dada Yenny dari kiri ke kanan, sekaligus menjamahi perut, pusar, selangkangan dan celahan di bongkahan pantat yang bulat padat menggemaskan itu.
Mengalami penyerangan dari pelbagai arah itu Yenny merasakan sangat kewalahan, usahanya untuk konsentrasi menyepong terganggu menyebabkan Abdul dan Harun sering menekan kepala Yenny hingga ia tersedak-sedak.
Ke-empat lelaki beruntung itu sangat menikmati tubuh gadis keturunan yang langsing semampai tapi cukup padat, terutama di bagian dada dan pinggulnya. Mereka menikmati kehalusan kulit kuning langsat, meliuk-liuknya pinggang yang ramping, bergoyangnya bongkahan pantat yang bulat sekal sempurna sangat menggemaskan untuk diusap dan digewel tangan mereka yang kasar.
Nafsu mereka semakin terbakar menyaksikan wajah yang sedemikian cantik oriental, mata agak sipit agak basah berlinang air mata tampak semakin kuyu pasrah, hidung bangir mancung sempurna dihiasi dua lubang kecil kembang kempis mencari nafas karena mulut yang mungil dijejali tak habisnya oleh penis hitam legam berurat-urat, pemandangan yang selama ini hanya dapat di-impikan kini terjadi.
Terkadang Yenny terbuai pula oleh pentungan-pentungan daging di dalam genggaman jari-jarinya, sehingga tak hanya dikulum dan disepongnya kepala berbentuk topi baja itu, namun lidahnya dengan nakal menari-nari dan mencelup kedalam celah lubang kencing di tengah kepala penis mereka, menyebabkan mereka semakin bergairah.
"Sekarang gantian giliran si non jadi sasaran permainan mulut, gigi dan lidah kita!" Harun mengambil kembali inisiatif berikutnya untuk memberikan ‘hukuman’atas kalahnya taruhan sepakbola Yenny dengan Linda , "bapak mau ngicipin gimana rasanya air madu asli amoy yang pasti maknyus, kalian bantu pegangin si non biar nggak berontak , hehehe."
Abdul menyeringai lebar dan merebahkan lagi tubuh Yenny yang telah basah mandi keringat di sofa. Kedua pergelangan tangan Yenny dicekal erat dengan satu tangan serta ditekannya ke sofa sehingga kedua ketiak Yenny yang licin dicukur hampir setiap hari itu terpampang. Tangan kiri Abdul yang bebas kembali menggerayangi buah dada Yenny yang montok itu, diremas dan diusap-usap serta dipilin dicubit-cubitnya puting yang telah sedemikian peka sehingga Yenny menggeliat-geliat mendesah kegelian.
Omar dan Murad kini mengambil posisi di kiri kanan pinggul Yenny, kedua pergelangan kaki Yenny dicekal dan dibentangkan ke samping selebar-lebarnya dengan lutut agak ditekuk, sementara Harun telah berada di tengah-tengahselangkangan Yenny. Dikuasai dan direjang kaki tangannya oleh ketiga lelaki sekuat mereka maka Yenny tak mampu berbuat apapun apalagi melawan. Kini keadaannya bagaikan seorang gadis tawanan dan persembahan dewa Odin bangsa Viking yang ganas di Eropa zaman pertengahan. Betapa pun Yenny berusaha merapatkan kedua kakinya namun Murad dan Omar terlalu kuat dan menguakkan kembali paha mulusnya, sehingga selangkangannya terbuka lebar dihadapan Harun.
"Tckk, tckk, tsckk... ini pemandangan cuma ada di firdaus, nggak nyangka bisa dinikmati disini. Aje gile tuh bukit apem terbalik, gundul licin amat, Neng. Dicabutin apa dicukur tiap hari, ya?" tanya Harun sambil matanya melotot melihat belahan liang senggama Yenny yang begitu sempurna sangat merangsang.
Meskipun bukan termasuk gadis alim yang masih perawan namun Yenny belum pernah mengalami hal seperti ini, tubuhnya betul-betul dijadikan pameran untuk delapan mata lelaki asing. Kedua pipi Yenny langsung merona merah hingga ketelinganya, karena disadarinya bahwa mata pak Harun ditujukan ke arah bukit Venus-nya. Omar dan Murad merasakan perlawanan sia-sia Yenny mengatupkan kedua pahanya, mereka cukup merejang pergelangan kaki Yenny yang langsing dengan satu tangan, sedangkan tangan mereka satunya naik turun mengusap meraba-raba betis dan bagian dalam paha Yenny.
Kini kedua kaki mungil Yenny dimasukkan ke dalam mulut mereka yang lebar, lidah mereka menyelinap menjilat-jilat diantara celah jari kaki, menyebabkan rasa geli luar biasa. Sementara itu Abdul tak mau kalah, sambil tetap merejang kedua pergelangan tangan Yenny, diciuminya secara amat rakus mulut Yenny sehingga desahan dan jeritan-jeritan kecil kegeliannya teredam tak dapat keluar.
Mendadak terdengar suara Linda yang tanpa diperhatikan oleh kelima orang dibawah itu telah naik ke atas dan berdiri di pinggiran loteng, tangannya memegang sebuah bantal guling besar yang langsung dilemparkannya ke arah sofa, dimana teman sekolahnya Yenny sedang dijarah oleh 4 lelaki pilihannya. Bantal itumenggelinding di dekat sofa dimana di atasnya tubuh Yenny sedang direjang beramai-ramai.
"Nih, ada tambahan guling keras, mungkin bisa dipake supaya lebih sip kalian maenan berempat gitu," Linda nyengir melihat temannya sudah kewalahan dan mandi keringat, padahal ini barulah ronde permulaan.
"Hmmmmh... bakal dipake dimana ya?" gumam pak Harun ketika melihat bantal guling keras itu jatuh dekat kaki sofa, "Iyaah, bapak tahu, buat ngeganjel pantat si neng, jadi lebih mantab dientot!!"
Pak Harun meraih bantal guling yang ternyata memang agak keras itu, kemudian diberikannya tanda kepada kedua konconya yang sedang asyik merejang pergelangan kaki Yenny untuk menarik kedua paha dan pinggul Yenny lebih ke atas sedikit lagi. Dengan demikian mudah sekali Harun meletakkan bantal guling itu di bawah pinggul Yenny sehingga celah kewanitaannya kini semakin menonjol ke atas.
"Ummmppffh.. ennnnggghhf.. aaaaaammmffhhhh.. oooooohhhh.."
Yenny meronta sekuatnya berusaha melepaskan diri dan menghentak-hentakkan kakinya, tapi tentu saja tak akan mampu melepaskan diri dari cengkraman Murad dan Omar. Teriakan dan jeritan-jeritannya bagaikan histeris karena merasa geli dikulum jari-jari kakinya teredam begitu saja karena dibungkam oleh ciuman ganas Abdul, lidahnya pun didesak ke dalam rongga mulutnya oleh lidah Abdul yang berbau rokok kretek, sehingga rasanya sukar untuk bernafas.
Ketika Yenny telah megap-megap dan terdengar desahannya mulai berganti dengan isakan, maka Abdul lagi-lagi mengubah siasatnya : kembali dijilati dan ditiup-tiupnya kedua liang telinga Yenny sehingga isakannya berubah menjadi lengkingan kegelian, apalagi kedua putingnya diremas-remas pula oleh Omar dan Harun.
"Ooooh... udah, bang! S-saya nyeraah.. geliiiiii.. lepasin! Gelii.. aaiiiihhh..oooohh.. lepasin! Udaaahh!!" Yenny blingsatan bagaikan cacing kepanasan. Padahal pada saat ini Harun baru mulai mendekatkan wajahnya ke tengah belahan paha korbannya, mengendus dan menciumi selangkangan Yenny bagai seekor anjing sedang mencari tulang untuk dijadikan permainan.
"Duuh.. ini aroma memek nggak ada tandingannya! Selangkangan cewek selebs campur ama keringat amoy asli, ntar lagi tambahin madu memek pilihan kelas satu. Bapak nggak tahan nih, cuppp.. cuuppp.. slurrrp.. aahh.."
Harun mulai menciumi bukit lembut kewanitaan yang terhias rambut tipis halusterawat rapih. Lidah yang nakal menari-nari di pinggiran bibir kemaluan Yenny, kemudian menyelusup menjilat tepi dinding licin berwarna merah muda, berputar-putar disitu, merangsang kelenjar yang tersembunyi.
"Hehehe.. gimana rasanya, Neng, enak ya dientot empat lelaki sekaligus? Ayo,Run, cepetan nyiapin tuh lobang, kita juga ikut pengen ngejos nih!!" demikian Abdul cengengesan menyaksikan ulah Harun, sekaligus menikmati wajah Yenny yang meringis menahan rasa geli namun mulai bergairah.
"Iya gitu, maju terus, pak! Temen saya ini paling sportif, staminanya luar biasa, masa kalah ama dia," Linda dari loteng ikut menyaksikan dan memberikan komentar tapi merasa konak juga melihat Yenny menggeliat-geliat tak berdaya dengan tubuh basah kuyup dan mata kuyu namun jelas terangsang.
Pak Harun kini semakin meningkatkan kegiatannya di vagina sang korban, lidahnya menjilat dan ikut menyapu permukaan daging kecil tersembunyi diantara bibir kemaluan. Bibirnya yang tebal mengatup bibir vagina Yenny, sedangkan kumis jenggotnya menggelitik menusuk-nusuk klitoris bagaikan sapu ijuk.
"Aaaaauuuh.. oooooh.. udah, geli pak! Aaaaaaaah.. ssssshhhh.. ooouuuuhh.." Yenny menjerit-jerit hiteris dan meronta menggeliat sekuat tenaga menahan rasa geli tak terkira sehingga ketiga lelaki yang memegangnya dari tiga arah kini harus mengerahkan tenaga mereka untuk tetap merejangnya.
"Hehehe, binal juga nih amoy. Ayo kita kuras habis tenaganya, cepetan jebolin tuh memek!" Omar rupanya mulai tak tahan menunggu giliran, dan Harun sadar harus menyelesaikan gilirannya.
Dengan penuh semangat kini lidahnya masuk ke dalam celah vagina Yenny yang telah berubah rasanya dari asam licin menjadi agak sepat berlendir. Dicari-carinya liang kencing Yenny di sebelah dalam, dikitik dan disapu-sapunya sebentar kemudian dua barisan giginya menjepit kelentit sang mahasiswi yang kalah taruhan bola itu, digigit-gigit sebentar itil yang semakin membengkak itu, kemudian disapu lagi dengan kumisnya. Semua rangsangan semacam itu tak mungkin ditahan oleh wanita alim bagaimana pun, apalagi oleh Yenny yang memang sebelumnya telah mengalami ML dengan pacarnya.
Namun apa yang dialaminya saat itu sangat luar biasa : tak diduganya bahwa ke-empat lelaki pembantai yang menjadi algojo-nya itu pandai merangsang. Dikiranya semua akan cepat berakhir dengan perkosaan brutal beramai-ramai, namun apa yang dialaminya terlalu hebat, Yenny tak sanggup lagi menahan gejolak orgasme pertamanya.
"Aaaaaaaah.. oooooohhh.. paak, iyah! S-saya pipis.. aaaaaah.. aiiiiiih..oooohh.. terus! Iya!!" desahan dan lengkingan suara Yenny memenuhi ruangan.
Pak Harun merasakan lidahnya terjepit otot vagina Yenny yang kontraksi, sehingga segera dilepaskannya pegangan di pinggul Yenny, lalu ia mengarahkan penisnya yang telah keras bagai batang kayu dan diselipkannya di dalam liang senggama Yenny, didorongnya dengan sekali hentak dan mulailah ia maju mundur memompa tubuh korbannya.
"Enak tenan nih memek, duuh sempitnya! Bisa lecet nih keris pusaka. Tapi biarin ah, asal non puas! Bapak mesti kerja keras. Tahan dikit ya, Non, mau ngejos jedug-jedug ampe tandes ke dalem,"
Harun bagai kesurupan kini memompa dan dalam waktu sekitar lima menit kemudian disiramnya liang surgawi Yenny dengan sperma hangatnya, inipun dirasakan oleh Yenny yang masih tersengal-sengal pulih dari orgasmenya yang pertama. Harun mengundurkan diri dan tempatnya segera digantikan oleh Murad.
Pak Harun dengan sengaja tak menghabiskan semua tenaganya terhadapYenny karena mempunyai rencana lain : ia telah bersepakat dengan teman sekampungnya Dahlan - sopir keluarga Linda untuk menikmati putri majikannya itu. Ketika ia mengoral Yenny, matanya sering melirik ke atas tepi loteng dan memperhatikan wajah Linda yang semakin lama juga berubah ikut terpengaruh adegan hangat. Harun yakin bahwa Linda putri majikannya semakin lama makin terangsang, kedua bibirnya sering pula agak terbuka, sering dibasahi dengan lidahnya, bibir bawahnya sering pula digigit-gigit sendiri. Selain itu tangan kiri Linda yang tadinya berada di pegangan loteng kemudian ‘menghilang’, dan Harun yakin bahwa putri majikannya itu sedang masturbasi dan memasukkan jarinya ke dalam celana dalam. Namun baik Harun maupun Dahlan tidak tahu pasti apakah Linda, putri majikannya itu, seperti Yenny telah pernah ML dengan salah satu teman kuliahnya, ataukah masih perawan asli?
Sementara itu pak Dahlan dengan diam-diam telah kembali, telah memparkir mobil majikannya di garasi, lalu bersembunyi di samping dapur. Dari situ ia mendengarkan pelbagai bunyi-bunyi khas dari ruang tamu, terutama suara-suaraYenny yang menjerit-jerit histeris melengking ketika dipaksa orgasme pertama. Pak Dahlan berjalan mindik-mindik bagaikan maling dan bersembunyi di belakang pintu dapur.
Sementara itu Murad telah mulai menjarah Yenny, dan rupanya Yenny telah melupakan segalanya, kini sama sekali tak perlu direjang kedua kakinya karena justru kedua kaki langsing itu memeluk pinggang Murad sedemikian erat seolah ingin dihunjam semakin cepat, semakin dalam.
"Hehehe.. kenapa, neng, udah konak banget ya? Geli gatel memeknya ya, pengen di genjot lebih keras ya? Nih abang kasih tembakan-tembakan yang yahud kayak lagi ngejebol gawang,"
Murad makin buas dan ganas menghunjamkan penisnya. Malahan kini ia membalikkan diri menjadi telentang sehingga Yenny berada di atas, dan dengan memegang pinggang Yenny yang langsing mulailah Murad menaik-turunkan korbannya, sehingga Yenny merasakan rahimnya ngilu disodok-sodok dari bawah.
"Oooouhh.. aaaah.. aaaiiiih.. iyah, ngilu enak! Oooohh.. terus! Oooooummppfffh.. uuueeehhhk.." Yenny yang merem melek menikmati hunjaman lembing daging Murad dari bawah itu mendadak kembali disumpal mulutnya oleh Omar yang tanpa disadari Yenny telah berdiri di hadapannya.
Yenny berusaha mengatur nafasnya agar tak tersedak karena ukuran penis Omar memang agak pendek, namun justru dia paling besar lingkarannya sehingga rahang Yenny dipaksa membuka semaksimal mungkin. Selain itu dari semuanya yang telah disepong maka kepala jamur Omar ini rupanya paling jarang pula dibersihkan sehingga terlihat lapisan smegma putih berbau tidak enak di bawah pinggiran topi bajanya.
"Ayo.. jilat, neng! Jilatin yang tandes! Ooooohhh.. nih mulut paling cocok buat ngebersiin barang lelaki. Oooooohh.. nikmatnya! Neng mau ikut abang ke kampung ya, bisa ngejilatin abang tiap malem," Omar merem melek sambil berkhayal bidadari ini dapat disuntingnya menjadi istrinya yang ketiga.
Ucapan Omar itu menyebabkan Yenny sangat malu dan sedetik menyadari bahwa dirinya sebagai anak orang kaya dan bertingkat atas di masyarakat sedang mengalami penjarahan habis-habisan. Ingin rasanya ia menampar Omar namun apa daya tubuhnya telah menggelora dipenuhi oleh hormon wanita muda yang ingin dipuaskan. Karena itu dibiarkannya semua celoteh Omar, karena lama kelamaan pun bau tak menyenangkan di mulutnya kini sudah menjadi kabur tercampur ludahnya sendiri. Melalui kembang kempis kedua lubang hidung mungilnya yang amat menggairahkan, Yenny mengadaptasi pernapasannya sehingga kini ia hanya sekali-sekali saja tersedak jika Omar dengan sadis menekan penisnya.
Yenny mulai melupakan segalanya kembali dan terbiasa dengan situasi kedua lubang tubuhnya sedang disumpal oleh kemaluan dua pejantan, dan gelora kenikmatan dirasakannya mulai muncul kembali ke ujung-ujung syarafnya : rahimnya yang disodok oleh Murad dan langit-langit mulutnya yang ditekan-tekan oleh Omar.
Bahkan Yenny telah mulai memijit dan meremas kedua biji pelir Omar yang menggantung menyentuh-nyentuh dagunya, seolah-olah ia ingin memerah lahar panas agar keluar menyembur ke dalam kerongkongannya.
Pada saat itu Yenny merasakan ada jari-jari tangan lain selain Murad yang memegang pinggangnya, jari-jari yang mengusap-usap mesra bulatan pinggulnya, meraba-raba dan meremas-remas bongkahan pantat kebanggaannya yang memang sangat padat sekal. Bongkahan mana sangat menarik dilihat dari belakang jika Yenny berjalan, karena bergoyang sangat gemulai, ke kiri ke kanan berputar bagai selebs ahli ‘ngebor’ yang mengundang setiap tangan lelaki untuk menyentuh dan menggewelnya.
"Permisi ya, Neng, abang udah nggak sabar nunggu giliran. Kan masih ada lobang nganggur nih?" tiba-tiba Yenny mendengar suara Abdul, "Jangan takut ya, abang masukinnya pelan-pelan deh! Udah pernah dijebol belom silitnya, Neng?"
Dan Yenny merasakan Abdul beberapa kali meludahi liang duburnya, yang tentu saja langsung mengkerut ketakutan, dan otot-otot lingkaran pelindungnya langsung menciut. "Urrrgghhh.. ennnnggghhh.. j-jangan! Hrrrgggghhhh.. enggak mau! J-jangan.. s-sakit.."
Yenny berusaha mengulurkan kedua tangan dan kukunya mencari tangan Abdul untuk dicakar-cakar, menyadari bahwa miliknya yang selama ini masih berhasil dipertahankannya akan segera hilang.
Selama kencan dan ML dengan pacar teman sekolahnya sampai saat ini,Yenny memang beberapa kali dibujuk untuk mencoba anal-seks, namun selalu ditolaknya karena hanya dengan satu jari tengah pacarnya saja yang kecil masuk ke duburnya telah dirasakan tak nyaman dan cukup menyakitkan, namun kini... kini...
"Aaarrrgghhh.. aaauuuuuww.. adduuh! Tolooonng.. eerggnngggghhh.. umhhhh..jjjjnnnggnaammmppn.." Yenny menggelepar meronta dan mengejang bagaikan orang sekarat ketika merasakan awal penetrasi yang sangat menyakitkan. Duburnya ibarat dicolok kayu panas menyala ketika Abdul menekan dan meretas, membelah paksa otot-otot lingkar pelindung anusnya yang masih perawan.
Meskipun Murad mencekal dari bawah dan menarik kedua bongkahan pantatnya semaksimal mungkin untuk memberi kesempatan pada Abdul temannya untuk mengakses, namun tetap tidak menolong. Berbeda dengan mangsanya yang sedang menderita tak dapat dilukiskan kata-kata, maka Abdul sangat bangga dan makin ganas meneruskan proses perenggutan keperawanan anus mahasiswi yang kalah taruhan ini.
"Uuuuuhhhh.. sempitnya! Busyyeeeet.. neng geulis susah amat diperawanin! Uuuuuh.. abang tarik dikit dan sekarang abang masukin lagi! Peret banget nih bo'ol, tapi udah kepalang basah.. hehehe, akhirnya jebol juga nih silit! Duuuuh.. nikmatnya dipijit-pijit ama pantat amoy!!" Abdul kini menangkap kedua nadi tangan Yenny yang menggapai-gapai ke belakang di saat berusaha mencakar.
Semuanya sia-sia saja, bahkan kedua nadi tangan Yenny yang langsing itu dengan mudah dapat dicekal dan direjang oleh satu tangan Abdul yang kuat sehingga tak mampu mencakar lagi. Kedua rudal daging perkasa kini mulai menemukan ritme saling bersambutan : di saat Abdul menancapkan kejantanannya sedalam mungkin di dalam dubur Yenny, Murad ‘mengundurkan’ diri dan penisnya hanya dijepit kepala topi bajanya di otot-otot pintu gerbang memek Yenny. Sejenak kemudian ganti Abdul yang mengundurkan batang arabnya sehingga hanya kepala jamurnya dicekal otot-otot anus, sedangkan Murad dengan ganas menghantamkan kemaluannya ke rahim Yenny sehingga menjerit-jerit meraung kesakitan - namun suara Yenny yang memilukan tak keluar karena teredam oleh penis Omar dimulutnya.
Terjadilah kini apa yang ditakutkan oleh Yenny ketika saling menukar mengirim BBM dengan Linda di saat pertandingan bola Arsenal lawan Bayern München masih berlangsung : mengalami di-sandwich oleh empat lelaki pilihan Linda. Apa yang sedang berlangsung lebih parah daripada yang diperkirakan oleh Yenny, namun yang masih akan terjadi selanjutnya juga di luar dugaan Linda sendiri...
Melihat semua adegan di ruang tamu itu ada rasa campur aduk pada Linda, ada rasa puas karena telah memang taruhan, ada rasa kasihan juga melihat betapa menderitanya Yenny dikerjain pegawai perusahaan, ada pula rasa ingin tahu bahkan iri karena selangkangannya sendiri basah kuyup tanpa ada yang melayani, apalagi ketika Linda secara tak sadar mengusap-usap kelentitnya sendiri.
Linda tak sadar bahwa dirinya sendiri saat itu bagaikan kelinci lemah yang sedang diincar dua harimau buas yang tak lama lagi akan mencabik-cabik dan memperkosanya habis-habisan seperti yang dialami Yenny. Linda tak tahu bahwa pak Harun dan pak Dahlan sedang menyiapkan tenaga mereka untuk membantai putri majikan mereka, tapi seandainya Linda tahu maka semua telah terlambat karena kedua lelaki itu telah berada di dalam rumah dan semua pintu telah dikuncioleh mereka.
Sementara itu Omar semakin menjejalkan rudal kesayangannya ke dalam kerongkongan Yenny, air liur si ABG yang malang semakin mengalir membasahi seluruh penis Omar, dan rahangnya terasa amat kaku kejang karena membukalebar-lebar. Omar sendiri telah merasakan mulai mendidihnya sumber pejuhnya didalam kedua biji pelirnya - permukaan kepala jamurnya semakin peka ketika beberapa kali ujung lidah Yenny menyentuh lubang kencingnya Akhirnya disertai dengan suara geraman bagaikan binatang buas yang mengoyak mangsanya, Omar menyemburkan ‘kefir’nya di kerongkongan Yenny :
"Uurrrrghk.. gggrrrrlllggk.. uueeerrrgggk.." Yenny menekan mati-matian rasa mual ketika terpaksa menelan pejuh yang menyemprot berulang-ulang memasuki kerongkongannya, sementara Omar kejang-kejang keenakan.
“Aaaahh.. abang keluar nih, aaaahh.. ooooh.. nikmatnya! Minum semuanya ya,neng, obat awet muda jangan ampe kebuang! Iyah, telan semuanya! Iya, pinter banget!" Akhirnya kemaluan Omar mulai mengecil dan dapat dilepaskan oleh Yenny, sisa-sisa sperma mengalir keluar di sudut mulutnya.
Yenny telah lemas dan tak berdaya sama sekali, pandangan matanya sudah kabur dengan linangan air mata, harapannya hanya satu agar semua permainan ini, ya ‘hukumannya’, berakhir. Murad dan Abdul pun kini telah mempercepat gerakan mereka yang semakin sinkron : kedua kemaluan mereka yang jauh lebih besar daripada penis pacarnya Yenny keluar masuk bergantian di kedua lubang.
Yenny tak dapat membedakan lagi antara perih, geli, ngilu, gatal, sakit dan nikmat - semuanya tercampur aduk menjadi satu, semakin lama semakin dahsyat, akhirnya disertai desahan dan jeritan memilukan, mereka bertiga mencapai orgasme bersama. Rahim dan anus Yenny dibanjiri oleh pejuh dua lelaki, dan mereka masih sempat menyisakan beberapa semprotan terakhir ke perut dan punggung korban : seorang mahasiswi cantik yang membayar kalah pertaruhan bola dengan tubuhnya.
Linda yang menyaksikan penggarapan temannya itu merasa kasihan juga, ia turun dari loteng menuju ke dapur untuk mengambil minuman segar di lemari es. Tak disadarinya bahwa sopirnya, Dahlan telah menunggu lama mangsanya ini di balik pintu dapur.
TAMAT BAGIAN PERTAMA