Agnes yang seksi sedang melalukan olah vocal sendirian di studio, yang ada
hanya Anto, penjaga studio yang berbadan kerempeng.
Hari sudah larut, pukul 10 malam, Agnes yang sedang asyik bernyanyi tidak
menyadari kalau Anto memanggil beberapa temannya, mereka sudah menunggu
malam ini, malam yang begitu dinantikan.
Agnes yang merasa sudah cukup latihan berjalan menuju pintu studio, belum
lagi tangan nya memegang handel, mulutya dibekap dan lehernya ditempel
pisau.
‘janga ribut atau mampus’ bentak suara dibelakangnya.
Agnes mengangguk takut dan menurut saja ketika mereka membawanya ke lantai
atas ke sebuah ruangan kosong, dan ia di dorong ke tengah ruangan.
Agnes berbalik dan memandang penculiknya, ia mengenali Anto dan
teman-temannya, tukang parkir studio, tukang becak yang sering mangkal,
tukang jualan dan loper Koran lampu merah dekat studio.
Anto maju dan berkata ‘silahkan teriak sampai pita suaramu putus, tak akan
ada yang dengar, ruangan ini kedap suara’
Agnes lemas mendengarnya dan ia sedikit takut karena melihat mereka begitu
berliur menatap tubuhnya yang hanya berbalut tank top dan celana pendek.
‘Kamu selalu mengudang syahwat kami’ ujar Anto, ‘Sekarang kamu harus bayar
itu semua. Kami akan entot kamu sampai kami puas’
Mendengar penghinaan itu Agnes merinding, namun ia bingung karena ada
sedikit kegairahan dalam dirinya.
‘Turiti mau kami, kamu selamat’ kata Anto lagi, ‘Atau ….’ Anto
mengguratkan jempolnya ke leher.
Agnes makin merinding, namun ia memutuskan pasrah daripada nyawa menjadi
taruhan.
Dengan kasar Anto menelanjangi Agnes hingga tersisa sepatu ketsnya yang
membuat Agnes tampak seksi dan pasrah, ia menciumi bibir Agnes dengan
rakus dan memaksa French kiss. Mendapat perlakuan itu Agnes merasa
birahinya terusik, namun ia mencoba menyangkalinya, ‘kamu lagi diperkosa
bodoh jangan terpancing’
Tangan-tangan lainnya menggerayangi Agnes, payudaranya yang montok,
putingnya yang merekah, pahanya, vaginanya, belahan pantatnya. Setiap
jengkal tubuh Agnes tak ada yang terlewat, dan Agnes berusaha setengah
mati menahan untuk tidak merespon.
Anto lalu mendorong Agnes hingga terlentang, membentang kakinya dan
menghujamkan penisnya ke vagina Agnes yang masih sedikit kering.
Agnes mengaduh karena perih, namun Anto tidak perduli, ia terus
memajumundurkan penisnya dengan brutal, dendamnya selama ini ditumpahkan
‘gue entol lu cokin, makan nih kontol gua. Agnes… entot lo’ racau Anto.
Agnes sendiri tidak percaya, hinaan itu justru membuat ia makin birahi,
dan kemudian ..
‘aaahhh makan peju gua anjing….’ Seru Anto sambil menyemburkan spermanya
ke rahim Agnes. Kemudian Anto menarik penisnya yang mengecil dan berkata
‘biar lo hamil sama penjaga malam ha ha ha’.
Agnes tertawa dalam hati mereka tidak tahu kalau Agnes melakukan tubektomi
pada salah satu liburannya di Eropa sehhingga dia bisa menikmati sex
sebanyak mungkin tanpa takut hamil.
Lalu loper Koran maju menggantikan Anto, ia memaksa Agnes untuk
mengangkanginya dan melakukan woman on top, ‘gileee… liat coy… gue dientot
Agnes, dia entot gue….’
Agnes makin panas mendengar penghinaan itu, birahinya makin terpacu,
apalagi tukang parkir itu mulai mengerayangi dadanya.
‘toket cokin ini memamng empuk….’
Akhirnya loper Koran itu orgasme.
Anto nampak kurang puas…’ sial nih lonte, dientot biar enak masih ngga
orgasme juga.. apa kita ptong aja itilnya?’
Agnges ketakutan mendengarnya, ia sedikit menyesal karena tidak orgasme
padahal dia sangat ingin….
‘Jangan coy sayang kan?’ kata tukang parkir yang keturunan Indonesia
timur. ‘Kita liat apa kontol dari timur bisa buat dia takluk’
Agnes terbeliak melihat penis tukang parkir itu… diameternya sebesar
kaleng bir dan kepalanya sebesar kepalan tangannya. ‘mati aku kalau penis
itu masuk..’ piker Agnes. Namun Anto sigap. Ia dan rekannya memegang kaki
Agnes, menekuknya kearah dada dan meregangkannya selebar mungkin.
‘makan nih kontol’ seru tukang parkir sambil menghujamkan penisnya ke
vagina Agnes.
Agnes coba melawan namun sia-sia, ia kesakitan waktu penis itu merejok
sampai ke dalam, dan sampai semuanya sepanjang 30 cm amblas.
‘aaaah memek cokin memang asiiiiiikkk’ lenguh tukang parkir sambil mulai
memaju mundurkan penisnya.
Rasa sakit berlangsung menghilang, vagina Agnes mulai bisa menerima penis
besar tukang parkir itu, dan gelombang orgasme yang tertahan datang lagi,
seiring genjotan bertenaga tukang parkir itu. Akhirnya pertahanan Agnes
jebol, bagai air bah Agnes berteriak menandakan orgasmenya.
Mereka semua bersorak kegirangan, Agnes merasa malu namun juga bahagia
karena orgasme itu sungguh diluar dugaan, sangat nikmat.
Tukang parkir itu lalu mencabut penisnya dan menampung spermanya dalam
gelas, hampir penuh.
‘Eh lonte… sekarang kau minum peju sampai habis atau gue sodomi biar
pantat lo ancur’.
Agnes buru-buru mengambil gelas itu dan meminumnya sampai habis, dan tanpa
mereka sadari Agnes orgasme lagi.
Dalam kondisi lemas, Agnes ditunggingkan, tukang becak mengambil posisi
dan tanpa peringatan langsung menyodomi Agnes.
Agnes menjerit kesakitan namun tukang becak itu tidak perduli. ‘tenang
kontol gua nggak sebesar itu say’. Memang benar namun tetap saja perih
bagi Agnes karena pantatnya kering.
Lagi meringis kesakitan dan keenakan, tukang jualan memposisikan tubuhnya
didepan Agnes, dan memaksa Agnes men deep throat penisnya, untungnya tidak
lama karena tukan jualan itu langsung orgasme karena begitu bernafsu
menyetubuhi sang idola.
Tak lama tukang becak itu ejakulasi di anusnya lalu mencabut penisnya dan
membawanya ke wajah Agnes.
Agnes bisa melihat campuran sperma, sedikit darah dan kotoran di penis
itu, lalu tukang becak berkata, ‘kalo lu mau pantat lu nggak gua sodok
pake tangan, lo isep kontol gua ampe bersih, lagian itukan tai lo
sendiri.’
Wajah Agnes memerah, yang ia tak mengerti kenapa ia tidak bisa marah atau
menangis? Ia di perkosa, dihina, direndahkan. Tetapi kenapa ia bisa
orgasme dan bahkan menikmatinya? Dan dengan pasrah menerima penis kedua
yang bercampur kotorannya sediri kedalam mulutnya? Tidak seperti yang
dengan rela ia lakukan pada rekan-rekannya?
Sambil ia menghisap penis tukang becak itu akhirnya Agnes mengerti.
Perasaan tak berdaya ini yag membangkitkan birahinya, stelah selalu ‘di
atas’ sebegitu lama. Ia sebenarnya ingin ditaklukkan ingin dibuat tak
berdaya, rapuh.
Akhirnya pikiran Agnes cerah lagi dan ia menikmati ‘perkosaan’ ini, walau
tetap pasang tampang pura-pura agar ‘pemerkosanya’ tidak curiga.
Terakhir tukang parkir itu mendudukkan Agnes di atas penisnya, lalu Anto
ambil giliran menyodomi Agnes, tukang becak dan loper Koran bergantian
disepong Agnes sampai semuanya ejakulasi.
Lalu mereka mengancam Agnes agar tidak melapor kepada siapapun atau mereka
akn bertindak lebih brutal lagi, dan sebelum pergi loper Koran itu
menyetubuhi Agnes sekali lagi di anus kemudian di vaginanya bergantian dan
menyemburkan spermanya di wajah Agnes.
Lalu mereka kabur, meninggalkan Agnes yang lemas namun tersenyum senang
karena ia menemukan sisi gelapnya dan gairah sexnya dapat dikeluarkan
dengan bebas, dan hari itu ia orgesme berkali-kali tanpa diketahui.
Dan ia berharap akan ‘diperkosa’ lagi oleh mereka.
hanya Anto, penjaga studio yang berbadan kerempeng.
Hari sudah larut, pukul 10 malam, Agnes yang sedang asyik bernyanyi tidak
menyadari kalau Anto memanggil beberapa temannya, mereka sudah menunggu
malam ini, malam yang begitu dinantikan.
Agnes yang merasa sudah cukup latihan berjalan menuju pintu studio, belum
lagi tangan nya memegang handel, mulutya dibekap dan lehernya ditempel
pisau.
‘janga ribut atau mampus’ bentak suara dibelakangnya.
Agnes mengangguk takut dan menurut saja ketika mereka membawanya ke lantai
atas ke sebuah ruangan kosong, dan ia di dorong ke tengah ruangan.
Agnes berbalik dan memandang penculiknya, ia mengenali Anto dan
teman-temannya, tukang parkir studio, tukang becak yang sering mangkal,
tukang jualan dan loper Koran lampu merah dekat studio.
Anto maju dan berkata ‘silahkan teriak sampai pita suaramu putus, tak akan
ada yang dengar, ruangan ini kedap suara’
Agnes lemas mendengarnya dan ia sedikit takut karena melihat mereka begitu
berliur menatap tubuhnya yang hanya berbalut tank top dan celana pendek.
‘Kamu selalu mengudang syahwat kami’ ujar Anto, ‘Sekarang kamu harus bayar
itu semua. Kami akan entot kamu sampai kami puas’
Mendengar penghinaan itu Agnes merinding, namun ia bingung karena ada
sedikit kegairahan dalam dirinya.
‘Turiti mau kami, kamu selamat’ kata Anto lagi, ‘Atau ….’ Anto
mengguratkan jempolnya ke leher.
Agnes makin merinding, namun ia memutuskan pasrah daripada nyawa menjadi
taruhan.
Dengan kasar Anto menelanjangi Agnes hingga tersisa sepatu ketsnya yang
membuat Agnes tampak seksi dan pasrah, ia menciumi bibir Agnes dengan
rakus dan memaksa French kiss. Mendapat perlakuan itu Agnes merasa
birahinya terusik, namun ia mencoba menyangkalinya, ‘kamu lagi diperkosa
bodoh jangan terpancing’
Tangan-tangan lainnya menggerayangi Agnes, payudaranya yang montok,
putingnya yang merekah, pahanya, vaginanya, belahan pantatnya. Setiap
jengkal tubuh Agnes tak ada yang terlewat, dan Agnes berusaha setengah
mati menahan untuk tidak merespon.
Anto lalu mendorong Agnes hingga terlentang, membentang kakinya dan
menghujamkan penisnya ke vagina Agnes yang masih sedikit kering.
Agnes mengaduh karena perih, namun Anto tidak perduli, ia terus
memajumundurkan penisnya dengan brutal, dendamnya selama ini ditumpahkan
‘gue entol lu cokin, makan nih kontol gua. Agnes… entot lo’ racau Anto.
Agnes sendiri tidak percaya, hinaan itu justru membuat ia makin birahi,
dan kemudian ..
‘aaahhh makan peju gua anjing….’ Seru Anto sambil menyemburkan spermanya
ke rahim Agnes. Kemudian Anto menarik penisnya yang mengecil dan berkata
‘biar lo hamil sama penjaga malam ha ha ha’.
Agnes tertawa dalam hati mereka tidak tahu kalau Agnes melakukan tubektomi
pada salah satu liburannya di Eropa sehhingga dia bisa menikmati sex
sebanyak mungkin tanpa takut hamil.
Lalu loper Koran maju menggantikan Anto, ia memaksa Agnes untuk
mengangkanginya dan melakukan woman on top, ‘gileee… liat coy… gue dientot
Agnes, dia entot gue….’
Agnes makin panas mendengar penghinaan itu, birahinya makin terpacu,
apalagi tukang parkir itu mulai mengerayangi dadanya.
‘toket cokin ini memamng empuk….’
Akhirnya loper Koran itu orgasme.
Anto nampak kurang puas…’ sial nih lonte, dientot biar enak masih ngga
orgasme juga.. apa kita ptong aja itilnya?’
Agnges ketakutan mendengarnya, ia sedikit menyesal karena tidak orgasme
padahal dia sangat ingin….
‘Jangan coy sayang kan?’ kata tukang parkir yang keturunan Indonesia
timur. ‘Kita liat apa kontol dari timur bisa buat dia takluk’
Agnes terbeliak melihat penis tukang parkir itu… diameternya sebesar
kaleng bir dan kepalanya sebesar kepalan tangannya. ‘mati aku kalau penis
itu masuk..’ piker Agnes. Namun Anto sigap. Ia dan rekannya memegang kaki
Agnes, menekuknya kearah dada dan meregangkannya selebar mungkin.
‘makan nih kontol’ seru tukang parkir sambil menghujamkan penisnya ke
vagina Agnes.
Agnes coba melawan namun sia-sia, ia kesakitan waktu penis itu merejok
sampai ke dalam, dan sampai semuanya sepanjang 30 cm amblas.
‘aaaah memek cokin memang asiiiiiikkk’ lenguh tukang parkir sambil mulai
memaju mundurkan penisnya.
Rasa sakit berlangsung menghilang, vagina Agnes mulai bisa menerima penis
besar tukang parkir itu, dan gelombang orgasme yang tertahan datang lagi,
seiring genjotan bertenaga tukang parkir itu. Akhirnya pertahanan Agnes
jebol, bagai air bah Agnes berteriak menandakan orgasmenya.
Mereka semua bersorak kegirangan, Agnes merasa malu namun juga bahagia
karena orgasme itu sungguh diluar dugaan, sangat nikmat.
Tukang parkir itu lalu mencabut penisnya dan menampung spermanya dalam
gelas, hampir penuh.
‘Eh lonte… sekarang kau minum peju sampai habis atau gue sodomi biar
pantat lo ancur’.
Agnes buru-buru mengambil gelas itu dan meminumnya sampai habis, dan tanpa
mereka sadari Agnes orgasme lagi.
Dalam kondisi lemas, Agnes ditunggingkan, tukang becak mengambil posisi
dan tanpa peringatan langsung menyodomi Agnes.
Agnes menjerit kesakitan namun tukang becak itu tidak perduli. ‘tenang
kontol gua nggak sebesar itu say’. Memang benar namun tetap saja perih
bagi Agnes karena pantatnya kering.
Lagi meringis kesakitan dan keenakan, tukang jualan memposisikan tubuhnya
didepan Agnes, dan memaksa Agnes men deep throat penisnya, untungnya tidak
lama karena tukan jualan itu langsung orgasme karena begitu bernafsu
menyetubuhi sang idola.
Tak lama tukang becak itu ejakulasi di anusnya lalu mencabut penisnya dan
membawanya ke wajah Agnes.
Agnes bisa melihat campuran sperma, sedikit darah dan kotoran di penis
itu, lalu tukang becak berkata, ‘kalo lu mau pantat lu nggak gua sodok
pake tangan, lo isep kontol gua ampe bersih, lagian itukan tai lo
sendiri.’
Wajah Agnes memerah, yang ia tak mengerti kenapa ia tidak bisa marah atau
menangis? Ia di perkosa, dihina, direndahkan. Tetapi kenapa ia bisa
orgasme dan bahkan menikmatinya? Dan dengan pasrah menerima penis kedua
yang bercampur kotorannya sediri kedalam mulutnya? Tidak seperti yang
dengan rela ia lakukan pada rekan-rekannya?
Sambil ia menghisap penis tukang becak itu akhirnya Agnes mengerti.
Perasaan tak berdaya ini yag membangkitkan birahinya, stelah selalu ‘di
atas’ sebegitu lama. Ia sebenarnya ingin ditaklukkan ingin dibuat tak
berdaya, rapuh.
Akhirnya pikiran Agnes cerah lagi dan ia menikmati ‘perkosaan’ ini, walau
tetap pasang tampang pura-pura agar ‘pemerkosanya’ tidak curiga.
Terakhir tukang parkir itu mendudukkan Agnes di atas penisnya, lalu Anto
ambil giliran menyodomi Agnes, tukang becak dan loper Koran bergantian
disepong Agnes sampai semuanya ejakulasi.
Lalu mereka mengancam Agnes agar tidak melapor kepada siapapun atau mereka
akn bertindak lebih brutal lagi, dan sebelum pergi loper Koran itu
menyetubuhi Agnes sekali lagi di anus kemudian di vaginanya bergantian dan
menyemburkan spermanya di wajah Agnes.
Lalu mereka kabur, meninggalkan Agnes yang lemas namun tersenyum senang
karena ia menemukan sisi gelapnya dan gairah sexnya dapat dikeluarkan
dengan bebas, dan hari itu ia orgesme berkali-kali tanpa diketahui.
Dan ia berharap akan ‘diperkosa’ lagi oleh mereka.